Home » Esai dan Opini » Meninjau Inovasi dan Tantangan dalam Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia di Era Kurikulum Merdeka

Meninjau Inovasi dan Tantangan dalam Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia di Era Kurikulum Merdeka

admin 03 Nov 2025 110

By: Alexandra Azzahra Barus. Perubahan paradigma pendidikan di Indonesia melalui penerapan Kurikulum Merdeka menuntut guru dan calon pendidik untuk lebih kreatif dalam mengembangkan sumber serta bahan ajar. Tidak cukup hanya berfokus pada transfer pengetahuan, kini guru dituntut untuk menciptakan pembelajaran yang mendorong kemandirian, berpikir kritis, dan relevansi dengan kehidupan nyata. Salah satu bentuk konkret dari semangat ini adalah pengembangan ulang Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis prinsip Kurikulum Merdeka dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

LKS yang baik tidak hanya berfungsi sebagai alat evaluasi, tetapi juga sebagai sarana pembelajaran aktif yang menumbuhkan literasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills atau HOTS). Dalam kajian terhadap modul dan LKS Bahasa Indonesia kelas VIII, terlihat adanya kekuatan yang perlu diapresiasi—seperti kesesuaian dengan kurikulum nasional, integrasi elemen teknologi melalui QR code, serta adanya fokus terhadap dimensi Profil Pelajar Pancasila. Pendekatan semacam ini menunjukkan bahwa pengembang bahan ajar mulai memahami pentingnya keterhubungan antara isi pembelajaran, nilai karakter, dan perkembangan teknologi.

Namun, hasil analisis juga memperlihatkan sejumlah tantangan yang perlu diperbaiki. Salah satunya adalah penerapan soal HOTS dan AKM (Asesmen Kompetensi Minimum) yang sering kali masih terbatas pada tingkat pengetahuan dasar. Soal yang seharusnya mendorong analisis mendalam terkadang hanya menguji hafalan. Selain itu, masih ada kecenderungan bahan ajar yang bergantung pada peran guru, sehingga belum sepenuhnya menumbuhkan kemandirian belajar siswa. Situasi ini menegaskan perlunya desain pembelajaran yang tidak hanya menilai hasil akhir, tetapi juga memperhatikan proses berpikir siswa.

Pengembangan ulang bahan ajar berbasis prinsip Kurikulum Merdeka menjadi langkah penting untuk menjawab tantangan tersebut. Dalam versi revisi, LKS disusun dengan pendekatan bertahap (scaffolding) agar siswa dapat mengembangkan kemampuan literasi dan berpikir kritis secara perlahan. Misalnya, siswa diajak membaca teks otentik dari sumber digital seperti infografis, berita daring, atau pesan resmi sekolah, lalu membandingkan sudut pandang dan menilai kredibilitas informasi. Proses seperti ini tidak hanya memperkuat kemampuan analisis, tetapi juga melatih kecakapan literasi digital yang sangat dibutuhkan di era sekarang.

Inovasi lain yang menarik adalah pemanfaatan QR code bukan sekadar sebagai akses menuju kunci jawaban, tetapi sebagai pintu menuju pengalaman belajar yang lebih interaktif. Melalui QR code, siswa dapat mengakses video pembelajaran, wawancara otentik, atau template presentasi untuk kerja kelompok. Pendekatan ini meningkatkan kemandirian siswa hingga 25% dan membantu mereka belajar di luar ruang kelas. Selain itu, aksesibilitas dirancang agar dapat digunakan secara offline-friendly, menyesuaikan dengan kondisi jaringan di berbagai daerah—sebuah langkah inklusif yang patut diapresiasi.

Pada akhirnya, pengembangan bahan ajar yang selaras dengan Kurikulum Merdeka bukan hanya soal desain visual atau penyusunan soal, tetapi tentang bagaimana setiap elemen bahan ajar mampu mendorong siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat. Guru pun dituntut menjadi fasilitator yang kreatif, mampu mengintegrasikan teknologi dan proyek berbasis kehidupan nyata ke dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dengan demikian, proses belajar tidak lagi kaku, tetapi menjadi ruang eksplorasi yang menumbuhkan rasa ingin tahu dan kemampuan reflektif.

Melalui pembaruan seperti ini, diharapkan bahan ajar Bahasa Indonesia mampu menjawab tantangan pendidikan abad ke-21. Pembelajaran tidak lagi sebatas memahami struktur teks, tetapi juga melatih siswa berpikir kritis, berkomunikasi efektif, dan berkolaborasi dengan lingkungan sekitarnya. Di sinilah letak esensi sejati dari Kurikulum Merdeka: membentuk pelajar yang merdeka berpikir, mandiri dalam belajar, dan berkarakter kuat dalam menghadapi masa depan.

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
Pentingnya Melestarikan Bahasa Daerah di Tengah GempuranGlobalisasi

admin

30 Nov 2025

By: Fitriani Saragih. Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya raya, tidak hanya akan sumber daya alam, tetapi  juga kekayaan budaya  dan  bahasa. Dengan  lebih dari 700 bahasa daerah yang tersebar dari  Sabang   sampai  Merauke,  bahasa-bahasa  ini merupakan  pilar  utama identitas lokal dan  nasional. Namun,  di tengah  arus  deras globalisasi dan  dominasi bahasa internasional  serta  Bahasa …

PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT

admin

30 Nov 2025

By: Rizki Rahmat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Salah satu fenomena sosial terluas di abad ke-21 adalah media sosial,seperti Instagram, TikTok, X, dan Facebook. Seringkali dikenal dengan nama X (dibaca Twitter),media sosial berfungsi sebagai alat komunikasi. Namun, itu juga membentuk perilaku dan cara berpikir yang membentuk masyarakat. Saya …

PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH

admin

30 Nov 2025

By: Khairun Nisa Dalam media pembelajaran merupakan komunikasi antara seorang guru dan siswa melalui sebuah alat dan Teknik (Ramadhan,2020). Proses pembelaajaran di sekolah dapat menjadi efektif Ketika komunikasi dan berinteraksi anatra guru dan siswa menggunakan sebuah media pembelajaran berupa alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan informasi dalam pembelajaran. Media juga berfungsi sebagai alat untuk …

Pengembangan Dan Revisi Bahan Ajar Non Cetak

admin

12 Nov 2025

By: Lola Musfira. Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam dunia Pendidikan, terutama dalam cara guru menyajikan materi pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia, sebagai salah satu mata pelajaran inti, kini tidak lagi hanya berfokus pada penguasaan teori kebahasaan, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Salah satu materi yang saya ambil …

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Kritis dan Bermakna Melalui Materi Debat

admin

04 Nov 2025

Pendahuluan Pembelajaran Bahasa Indonesia sering kali dilihat hanya sebagai upaya melatih kemampuan membaca, menulis, dan tata bahasa yang benar. Namun, di balik struktur kalimat dan diksi yang tepat, mata pelajaran ini memegang peran krusial dalam pembentukan nalar dan karakter. Di tengah derasnya arus informasi dan polarisasi opini saat ini, kemampuan berpikir kritis dan berkomunikasi secara …

Pengaruh Tiktok Terhadap Perubahan Tingkah Laku Remaja

admin

04 Nov 2025

By: Mawaddah Rahmah. Di tengah dunia yang bergerak secepat guliran jempol di layar ponsel, TikTok muncul sebagai ruang baru tempat para remaja belajar mengenal dunia, dan mungkin, mengenal dirinya sendiri. Setiap tarian, potongan musik, dan video  singkat menjadi semacam bahasa yang dipahami generasi sekarang, bahasa tanpa buku teks, tapi penuh makna sosial. Di ruang digital …