Home » Esai dan Opini » Analisis Keterkaitan Tujuan Pembelajaran dengan Kompetensi Inti dalam Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kelas VII: Revisi Berdasarkan Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Analisis Keterkaitan Tujuan Pembelajaran dengan Kompetensi Inti dalam Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kelas VII: Revisi Berdasarkan Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

admin 03 Nov 2025 97

By: Dinda Nur Aini. Pendidikan abad ke-21 menuntut pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi, melainkan fasilitator yang membantu peserta didik menemukan makna dari proses belajar. Dalam konteks ini, bahan ajar berperan penting sebagai panduan yang mengarahkan pembelajaran menuju capaian kompetensi yang diharapkan. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi saat ini adalah bagaimana merancang bahan ajar Bahasa Indonesia yang mampu mengintegrasikan tujuan pembelajaran dengan kompetensi inti (KI) secara utuh, relevan, dan berorientasi pada pengembangan karakter peserta didik.

Bahan ajar Bahasa Indonesia kelas VII yang dikaji menunjukkan upaya untuk menanamkan nilai-nilai Kurikulum Merdeka. Buku ini menampilkan berbagai keterampilan abad ke-21, seperti communication, collaboration, creativity, dan critical thinking (4C), yang menjadi dasar dalam penguatan Profil Pelajar Pancasila. Selain itu, terdapat fokus pada Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang diharapkan mampu mendorong siswa berpikir kritis, logis, dan reflektif. Tujuan besar bahan ajar ini adalah membentuk pelajar yang mandiri, kreatif, serta berkarakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Namun, jika ditinjau lebih dalam, masih terdapat kesenjangan antara idealisme kurikulum dan implementasi yang tertuang dalam rumusan tujuan pembelajaran.

Analisis menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran yang ada telah mengakomodasi sebagian besar kompetensi inti, terutama KI-3 (pengetahuan) dan KI-4 (keterampilan). Siswa diarahkan untuk memahami, mengidentifikasi, serta menulis teks deskripsi secara baik dan benar. Namun, keterkaitan dengan KI-1 (spiritual) dan KI-2 (sosial) belum tampak secara eksplisit dalam rumusan tujuan. Nilai-nilai seperti gotong royong, tanggung jawab, dan menghargai karya teman baru muncul secara tersirat, padahal seharusnya menjadi bagian integral dari setiap kegiatan belajar. Selain itu, masih terdapat dominasi aktivitas kognitif tingkat rendah, seperti “menemukan” dan “mengidentifikasi,” yang belum sepenuhnya mengasah kemampuan analisis dan evaluasi siswa.

Dalam konteks pembelajaran abad ke-21, revisi bahan ajar perlu diarahkan agar lebih kontekstual dan menantang daya pikir siswa. Misalnya, kegiatan menulis teks deskripsi dapat dikembangkan menjadi proyek berbasis kolaborasi, seperti membuat brosur wisata lokal, video deskripsi budaya daerah, atau laporan observasi lingkungan. Pendekatan proyek semacam ini tidak hanya meningkatkan kemampuan menulis, tetapi juga mengasah kreativitas, kerja sama, dan komunikasi siswa. Selain itu, integrasi nilai Profil Pelajar Pancasila dapat diperkuat melalui kegiatan yang menumbuhkan sikap gotong royong dan bernalar kritis, seperti diskusi kelompok atau refleksi individu terhadap keberagaman budaya Indonesia.

Revisi juga perlu memperhatikan aspek penilaian yang berorientasi pada AKM dan HOTS. Selama ini, sebagian besar soal hanya menilai kemampuan mengingat dan memahami. Dengan menambahkan soal berbasis konteks visual, teks interaktif, dan studi kasus sederhana, siswa akan lebih terlatih menalar informasi dan memecahkan masalah secara mandiri. Guru juga dapat menyediakan rubrik penilaian yang menilai proses berpikir, bukan hanya hasil akhir. Dengan demikian, penilaian akan menjadi alat pembelajaran yang memotivasi, bukan sekadar pengukur kemampuan kognitif.

Selain isi dan evaluasi, konsistensi antara kata pengantar, isi bab, dan tujuan pembelajaran menjadi elemen penting. Setiap bagian dari bahan ajar harus memantulkan semangat pembelajaran yang berpusat pada siswa. Misalnya, dengan menambahkan aktivitas refleksi di setiap akhir bab agar siswa dapat mengevaluasi sendiri pencapaian mereka. Di sisi lain, variasi teks dan gaya bahasa dalam materi juga penting untuk memperluas wawasan siswa. Menghadirkan teks deskripsi dari berbagai daerah di Indonesia tidak hanya memperkaya kosakata, tetapi juga memperkuat rasa cinta tanah air dan penghargaan terhadap keberagaman budaya.

Secara keseluruhan, revisi bahan ajar Bahasa Indonesia kelas VII berdasarkan prinsip pengembangan bahan ajar merupakan langkah penting dalam mewujudkan pembelajaran yang bermakna dan humanis. Keterpaduan antara tujuan pembelajaran dan kompetensi inti harus terus dijaga agar setiap kegiatan belajar benar-benar mengembangkan potensi siswa secara utuh—baik dari aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Bahan ajar yang ideal bukan hanya mengajarkan siswa cara menulis teks deskripsi, tetapi juga mengajarkan mereka bagaimana melihat dunia dengan lebih kritis, berempati, dan kreatif. Dengan demikian, Bahasa Indonesia tidak hanya menjadi mata pelajaran, tetapi juga wahana pembentukan karakter dan jati diri pelajar Indonesia yang berprofil Pancasila.

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
Pentingnya Melestarikan Bahasa Daerah di Tengah GempuranGlobalisasi

admin

30 Nov 2025

By: Fitriani Saragih. Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya raya, tidak hanya akan sumber daya alam, tetapi  juga kekayaan budaya  dan  bahasa. Dengan  lebih dari 700 bahasa daerah yang tersebar dari  Sabang   sampai  Merauke,  bahasa-bahasa  ini merupakan  pilar  utama identitas lokal dan  nasional. Namun,  di tengah  arus  deras globalisasi dan  dominasi bahasa internasional  serta  Bahasa …

PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT

admin

30 Nov 2025

By: Rizki Rahmat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Salah satu fenomena sosial terluas di abad ke-21 adalah media sosial,seperti Instagram, TikTok, X, dan Facebook. Seringkali dikenal dengan nama X (dibaca Twitter),media sosial berfungsi sebagai alat komunikasi. Namun, itu juga membentuk perilaku dan cara berpikir yang membentuk masyarakat. Saya …

PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH

admin

30 Nov 2025

By: Khairun Nisa Dalam media pembelajaran merupakan komunikasi antara seorang guru dan siswa melalui sebuah alat dan Teknik (Ramadhan,2020). Proses pembelaajaran di sekolah dapat menjadi efektif Ketika komunikasi dan berinteraksi anatra guru dan siswa menggunakan sebuah media pembelajaran berupa alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan informasi dalam pembelajaran. Media juga berfungsi sebagai alat untuk …

Pengembangan Dan Revisi Bahan Ajar Non Cetak

admin

12 Nov 2025

By: Lola Musfira. Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam dunia Pendidikan, terutama dalam cara guru menyajikan materi pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia, sebagai salah satu mata pelajaran inti, kini tidak lagi hanya berfokus pada penguasaan teori kebahasaan, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Salah satu materi yang saya ambil …

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Kritis dan Bermakna Melalui Materi Debat

admin

04 Nov 2025

Pendahuluan Pembelajaran Bahasa Indonesia sering kali dilihat hanya sebagai upaya melatih kemampuan membaca, menulis, dan tata bahasa yang benar. Namun, di balik struktur kalimat dan diksi yang tepat, mata pelajaran ini memegang peran krusial dalam pembentukan nalar dan karakter. Di tengah derasnya arus informasi dan polarisasi opini saat ini, kemampuan berpikir kritis dan berkomunikasi secara …

Pengaruh Tiktok Terhadap Perubahan Tingkah Laku Remaja

admin

04 Nov 2025

By: Mawaddah Rahmah. Di tengah dunia yang bergerak secepat guliran jempol di layar ponsel, TikTok muncul sebagai ruang baru tempat para remaja belajar mengenal dunia, dan mungkin, mengenal dirinya sendiri. Setiap tarian, potongan musik, dan video  singkat menjadi semacam bahasa yang dipahami generasi sekarang, bahasa tanpa buku teks, tapi penuh makna sosial. Di ruang digital …