Home » Esai dan Opini » MENGAKHIRI BULLYING DENGAN SOSIALISASI: HARAPAN ATAU ILUSI?

MENGAKHIRI BULLYING DENGAN SOSIALISASI: HARAPAN ATAU ILUSI?

admin 01 Apr 2025 185

By: Della Frice Br Manurung, Ana Theresia Br Sitepu, Dhea Ayuanda

Kasus perundungan (bullying) di lingkungan sekolah masih menjadi permasalahan yang sulit diatasi hingga saat ini. Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), angka kasus bullying terus meningkat setiap tahunnya. Meskipun berbagai upaya edukasi dan sosialisasi telah dilakukan, seperti kampanye anti-bullying di sejumlah sekolah, termasuk SMA 1, SMA 2, dan SD di Balikpapan, kenyataannya tindakan perundungan masih marak terjadi. Fakta ini membuktikan bahwa edukasi saja tidak cukup untuk menghentikan perilaku bullying di kalangan generasi muda. Lalu, apa yang sebenarnya menjadi akar masalah dari perundungan ini? Dan langkah apa yang harus diambil untuk benar-benar mengatasi permasalahan ini?

Sering kali, penyebab bullying hanya dikaitkan dengan kurangnya edukasi tentang dampaknya. Padahal, akar masalahnya lebih kompleks dan berhubungan dengan sistem nilai yang dianut oleh generasi saat ini.

Salah satu faktor yang berkontribusi adalah berkembangnya nilai-nilai sekuler yang menempatkan kebebasan individu sebagai asas utama dalam berpikir dan bertindak. Ketika kebebasan ini tidak diiringi dengan tanggung jawab sosial dan moral, maka dapat muncul perilaku yang merugikan orang lain, termasuk bullying.

Sekulerisme (paham yang memisahkan agama dalam kehidupan) yang menitikberatkan kebebasan tanpa batas terkadang membuat individu merasa berhak melakukan apa pun yang diinginkan, tanpa mempertimbangkan konsekuensinya terhadap orang lain. Nilai seperti empati, kepedulian, dan kebersamaan menjadi terpinggirkan, sementara individualisme semakin menguat. Dalam lingkungan seperti ini, bullying tidak lagi dianggap sebagai pelanggaran moral yang serius, tetapi sering kali dilihat sebagai sekadar ekspresi kebebasan pribadi.

Selain itu, orientasi sistem pendidikan yang lebih menitikberatkan pada prestasi akademik dibandingkan penguatan karakter turut berkontribusi pada munculnya perilaku bullying. Ketika siswa tidak dibekali dengan nilai-nilai moral, empati, dan rasa hormat terhadap sesama, mereka cenderung lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan yang membenarkan tindakan kekerasan dan merendahkan orang lain.

Tak hanya itu, peran keluarga juga menjadi faktor penting dalam membentuk perilaku anak. Namun, dalam banyak kasus, orang tua yang terlalu sibuk bekerja sering kali kurang memberikan perhatian penuh terhadap pendidikan moral dan karakter anak sejak dini. Akibatnya, anak tumbuh tanpa bimbingan yang cukup dalam memahami nilai-nilai benar dan salah. Kurangnya pengawasan dan keterlibatan orang tua membuat anak lebih rentan terpengaruh oleh Lingkungan yang negatif, kemudia diperparah dengan budaya sekuler yang mendominasi, semakin memperkuat perilaku bullying sebagai sesuatu yang biasa dan bahkan dianggap sebagai bentuk eksistensi diri.

Fakta lain yang mengkhawatirkan adalah bahwa upaya penanggulangan bullying masih terkendala oleh lemahnya perangkat hukum serta minimnya peran masyarakat dalam membangun lingkungan yang aman dan suportif. Regulasi yang ada sering kali belum mampu memberikan perlindungan maksimal bagi korban maupun efek jera bagi pelaku. Selain itu, kurangnya kesadaran sosial dan budaya permisif yang justru menormalisasi tindakan kekerasan semakin memperburuk situasi. Jika penegakan hukum tidak diperkuat dan kesadaran kolektif masyarakat tidak ditingkatkan, maka bullying akan terus menjadi masalah yang sulit diatasi di berbagai lingkungan, termasuk di luar sekolah.

Solusinnya

Dalam mengatasi masalah bullying, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan menyeluruh, baik dari aspek keluarga, hukum, maupun peran masyarakat.

Pertama, keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter anak sejak dini. keluarga punya peran dalam memastikan lingkungan sosial yang sehat bagi generasi. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai akhlak sejak dini, membentuk karakter anak dengan pemahaman yang benar tentang adab dan interaksi sosial. Pendidikan berbasis nilai Islam harus menjadi pondasi utama dalam membangun kepribadian yang kuat, sehingga anak-anak tumbuh dengan kesadaran akan hak dan kewajiban mereka dalam bermasyarakat.

Kedua, sistem hukum yang tegas dan adil sangat diperlukan untuk memberikan efek jera bagi pelaku bullying. Regulasi yang jelas dan sanksi yang tegas akan membuat para pelaku berpikir dua kali sebelum melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Namun, hukuman yang diberikan juga harus bersifat mendidik, agar pelaku memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan kembali berkontribusi positif di lingkungan sosial.

Selanjutnya, peran media dan institusi pendidikan juga tidak kalah penting. Media harus lebih banyak menyajikan konten-konten edukatif yang membangun kesadaran akan pentingnya menghormati sesama dan menolak kekerasan dalam bentuk apa pun. Di sisi lain, institusi pendidikan perlu menerapkan kurikulum yang tidak hanya berfokus pada prestasi akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan penguatan nilai-nilai moral.

Selain itu, masyarakat juga harus berperan aktif dalam menciptakan budaya yang menolak segala bentuk kekerasan dan perundungan. Budaya saling peduli, saling menghormati, serta berani menegur ketika melihat tindakan yang salah harus ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, bullying bukan hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi menjadi tanggung jawab kolektif yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.

Pendekatan ini sejalan dengan sistem yang telah diatur secara komprehensif dalam Islam. Dalam Islam, setiap aspek kehidupan telah diatur dengan sempurna, termasuk dalam upaya mencegah dan menanggulangi bullying. Islam menekankan pentingnya peran keluarga dalam menanamkan akhlak mulia, sistem hukum yang adil untuk memberikan efek jera, serta peran masyarakat dalam menjaga amar ma’ruf nahi munkar. Jika semua elemen ini dapat diterapkan secara konsisten, maka perilaku bullying dapat ditekan secara efektif.

Wallahu A’lam bisshowwab.

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
Pentingnya Melestarikan Bahasa Daerah di Tengah GempuranGlobalisasi

admin

30 Nov 2025

By: Fitriani Saragih. Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya raya, tidak hanya akan sumber daya alam, tetapi  juga kekayaan budaya  dan  bahasa. Dengan  lebih dari 700 bahasa daerah yang tersebar dari  Sabang   sampai  Merauke,  bahasa-bahasa  ini merupakan  pilar  utama identitas lokal dan  nasional. Namun,  di tengah  arus  deras globalisasi dan  dominasi bahasa internasional  serta  Bahasa …

PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT

admin

30 Nov 2025

By: Rizki Rahmat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Salah satu fenomena sosial terluas di abad ke-21 adalah media sosial,seperti Instagram, TikTok, X, dan Facebook. Seringkali dikenal dengan nama X (dibaca Twitter),media sosial berfungsi sebagai alat komunikasi. Namun, itu juga membentuk perilaku dan cara berpikir yang membentuk masyarakat. Saya …

PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH

admin

30 Nov 2025

By: Khairun Nisa Dalam media pembelajaran merupakan komunikasi antara seorang guru dan siswa melalui sebuah alat dan Teknik (Ramadhan,2020). Proses pembelaajaran di sekolah dapat menjadi efektif Ketika komunikasi dan berinteraksi anatra guru dan siswa menggunakan sebuah media pembelajaran berupa alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan informasi dalam pembelajaran. Media juga berfungsi sebagai alat untuk …

Pengembangan Dan Revisi Bahan Ajar Non Cetak

admin

12 Nov 2025

By: Lola Musfira. Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam dunia Pendidikan, terutama dalam cara guru menyajikan materi pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia, sebagai salah satu mata pelajaran inti, kini tidak lagi hanya berfokus pada penguasaan teori kebahasaan, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Salah satu materi yang saya ambil …

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Kritis dan Bermakna Melalui Materi Debat

admin

04 Nov 2025

Pendahuluan Pembelajaran Bahasa Indonesia sering kali dilihat hanya sebagai upaya melatih kemampuan membaca, menulis, dan tata bahasa yang benar. Namun, di balik struktur kalimat dan diksi yang tepat, mata pelajaran ini memegang peran krusial dalam pembentukan nalar dan karakter. Di tengah derasnya arus informasi dan polarisasi opini saat ini, kemampuan berpikir kritis dan berkomunikasi secara …

Pengaruh Tiktok Terhadap Perubahan Tingkah Laku Remaja

admin

04 Nov 2025

By: Mawaddah Rahmah. Di tengah dunia yang bergerak secepat guliran jempol di layar ponsel, TikTok muncul sebagai ruang baru tempat para remaja belajar mengenal dunia, dan mungkin, mengenal dirinya sendiri. Setiap tarian, potongan musik, dan video  singkat menjadi semacam bahasa yang dipahami generasi sekarang, bahasa tanpa buku teks, tapi penuh makna sosial. Di ruang digital …