Home » Esai dan Opini » PERAN GURU DI ERA DIGITAL: MENJADI FASILITATOR ATAU HANYA PENGAWAS?

PERAN GURU DI ERA DIGITAL: MENJADI FASILITATOR ATAU HANYA PENGAWAS?

admin 01 Apr 2025 844

By: Arridha Silfani, Vira Aulia

Di era digital yang berkembang pesat, dunia pendidikan mengalami transformasi signifikan. Teknologi telah merambah ke berbagai aspek kehidupan, termasuk cara peserta didik memperoleh informasi dan memahami materi pembelajaran. Akses terhadap internet, perangkat pintar, serta platform pembelajaran daring telah mengubah pola belajar yang sebelumnya bergantung pada metode konvensional menjadi lebih fleksibel dan mandiri. Namun, kemajuan teknologi ini juga menghadirkan tantangan bagi tenaga pendidik. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber ilmu, karena peserta didik dapat dengan mudah mencari informasi melalui berbagai media digital. Perubahan ini menuntut adanya adaptasi dalam peran guru di kelas. Guru perlu menyesuaikan metode pengajaran agar tetap relevan di tengah era digital, di mana pembelajaran tidak hanya berlangsung secara tatap muka, tetapi juga melalui berbagai platform teknologi. Dalam konteks ini, muncul pertanyaan yang cukup krusial: apakah guru di era digital akan berperan sebagai fasilitator pembelajaran atau sekadar menjadi pengawas di dalam kelas?

Tantangan Guru di Era Digital

Perkembangan teknologi telah menghadirkan berbagai tantangan bagi guru. Dari kemudahan akses informasi, perubahan metode pembelajaran, hingga peran teknologi dalam menggantikan beberapa fungsi tradisional guru. Selain itu, munculnya platform pembelajaran daring dan kecerdasan buatan semakin mengubah dinamika interaksi antara guru dan siswa. Oleh karena itu, guru perlu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, menguasai teknologi, serta terus meningkatkan kompetensi agar tetap relevan dalam mendidik generasi saat ini.

Guru Sebagai Fasilitator

Konsep guru sebagai fasilitator mengacu pada peran pendidik yang tidak hanya memberikan materi secara satu arah, tetapi juga membimbing peserta didik dalam mengeksplorasi pengetahuan secara mandiri. Di era digital, informasi dapat dengan mudah diakses melalui internet, sehingga tugas guru lebih diarahkan pada bagaimana mengarahkan siswa untuk berpikir kritis, memilah sumber informasi yang valid, serta mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan nyata.

Sebagai fasilitator, guru harus mampu memanfaatkan berbagai teknologi pembelajaran, seperti Learning Management System (LMS), video interaktif, dan platform diskusi daring, guna menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan bermakna. Selain itu, guru juga perlu mengintegrasikan teknologi tersebut dengan metode pembelajaran yang inovatif agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar peserta didik. Dengan demikian, peran guru bukan hanya sebagai penyampai informasi, melainkan juga sebagai pemandu yang menginspirasi dan memberdayakan peserta didik agar menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat serta mampu menghadapi tantangan di era digital.

 

Peran Teknologi dalam Mendukung Guru sebagai Fasilitator

Teknologi memiliki potensi besar untuk menjadi alat yang mendukung dan memperkuat peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dalam berbagai aspek, seperti:

  1. Pembelajaran berbasis daring, yang memberikan kemudahan bagi peserta didik dan guru untuk berinteraksi tanpa terbatas oleh ruang dan waktu, sehingga memungkinkan fleksibilitas yang lebih tinggi dalam proses belajar mengajar, baik melalui kelas virtual, diskusi daring, maupun penggunaan berbagai media interaktif.
  2. Platform edukasi digital, yang berfungsi sebagai sarana untuk membantu guru dalam menyajikan materi pelajaran dengan cara yang lebih menarik, inovatif, dan mudah dipahami oleh peserta didik, misalnya melalui video pembelajaran, simulasi interaktif, serta modul e-learning yang dapat diakses kapan saja sesuai dengan kebutuhan siswa.
  3. Aplikasi pembelajaran adaptif, yang dirancang untuk menyesuaikan materi ajar berdasarkan tingkat pemahaman, kemampuan, serta kebutuhan individu peserta didik, sehingga setiap siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih personal, terarah, dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

Dengan adanya pemanfaatan teknologi yang tepat dalam dunia pendidikan, guru tidak hanya dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran, tetapi juga mampu menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis, menarik, dan sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga dapat mendukung terciptanya pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi peserta didik.

 

Guru Sebagai Pengawas

Sebaliknya, jika guru hanya berperan sebagai pengawas, maka fungsi pendidik dalam dunia pendidikan menjadi lebih pasif. Guru yang hanya berperan sebagai pengawas cenderung berfokus pada kedisiplinan peserta didik, tanpa memberikan ruang bagi mereka untuk berkembang secara kreatif dan kritis. Hal ini dapat menyebabkan siswa menjadi pasif, kurang termotivasi, dan hanya bergantung pada instruksi yang diberikan tanpa memiliki kemampuan berpikir mandiri.

Di era digital, di mana siswa dapat belajar dari berbagai sumber selain guru, peran pengawasan yang berlebihan justru dapat menghambat perkembangan mereka. Pembelajaran seharusnya menjadi proses yang dinamis, di mana guru dan siswa berkolaborasi untuk menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan relevan dengan kebutuhan zaman.

 

Dampak Pengawasan Berlebihan terhadap Peserta Didik

Jika guru lebih banyak bertindak sebagai pengawas daripada fasilitator, beberapa dampak negatif bisa terjadi, seperti:

  1. Menurunnya kreativitas siswa, Siswa menjadi terbiasa mengikuti instruksi tanpa kesempatan mengeksplorasi ide atau mencari solusi sendiri. Hal ini dapat menghambat kemampuan berpikir kritis dan inovatif.
  2. Kurangnya motivasi belajar, Pola pengajaran yang kaku membuat siswa merasa belajar adalah kewajiban semata, bukan proses yang menyenangkan. Akibatnya, mereka bisa kehilangan minat dan hanya belajar untuk memenuhi tuntutan akademik.
  3. Ketergantungan tinggi pada instruksi, Siswa cenderung menunggu arahan daripada berinisiatif mencari informasi atau menyelesaikan masalah sendiri. Ini dapat mengurangi kemandirian mereka dalam belajar.
  4. Kurangnya keterampilan sosial dan kolaborasi, Jika pembelajaran terlalu berpusat pada guru, siswa memiliki lebih sedikit kesempatan untuk berdiskusi dan bekerja sama dengan teman sekelas, yang dapat menghambat pengembangan keterampilan komunikasi dan teamwork.
  5. Stres akademik yang meningkat, Tekanan untuk selalu mengikuti aturan ketat tanpa fleksibilitas dalam belajar bisa membuat siswa merasa terbebani dan tidak nyaman dengan proses pembelajaran.

Agar pembelajaran lebih efektif, guru sebaiknya berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa, memberikan ruang eksplorasi, serta mendorong kemandirian dan kerja sama dalam belajar.

 

Menemukan Keseimbangan

Meskipun peran fasilitator lebih ideal dalam pendidikan modern, bukan berarti pengawasan tidak diperlukan sama sekali. Keseimbangan antara keduanya harus tetap dijaga dengan seksama dalam proses pembelajaran yang efektif. Guru harus mampu memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan secara mandiri dan kreatif, tetapi tetap memberikan bimbingan yang jelas dan terstruktur agar mereka tidak tersesat dalam lautan informasi yang begitu luas dan kompleks di era digital ini. Tanpa adanya pengawasan yang tepat, peserta didik mungkin akan kesulitan membedakan antara informasi yang valid dan yang menyesatkan, atau bahkan kehilangan fokus pada tujuan pembelajaran yang sebenarnya.

Pendidikan di era digital menuntut guru untuk terus belajar dan berkembang secara berkelanjutan seiring dengan cepatnya perubahan teknologi dan informasi. Tidak cukup hanya memahami materi ajar secara mendalam, tetapi juga harus mampu menguasai berbagai teknologi pembelajaran terkini serta metode pembelajaran inovatif yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik generasi digital saat ini. Kemampuan untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran menjadi keterampilan yang wajib dimiliki oleh para pendidik masa kini. Dengan demikian, guru tidak hanya menjadi pengawas yang pasif yang sekadar memantau aktivitas belajar, tetapi juga fasilitator yang aktif dan dinamis dalam membentuk generasi yang kritis, kreatif, adaptif, dan siap menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dan tidak terprediksi. Peran ganda ini membutuhkan komitmen tinggi dari para guru untuk terus mengembangkan kompetensi pedagogis dan teknologis mereka demi menciptakan ekosistem pembelajaran yang bermakna dan relevan.

 

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
Pentingnya Melestarikan Bahasa Daerah di Tengah GempuranGlobalisasi

admin

30 Nov 2025

By: Fitriani Saragih. Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya raya, tidak hanya akan sumber daya alam, tetapi  juga kekayaan budaya  dan  bahasa. Dengan  lebih dari 700 bahasa daerah yang tersebar dari  Sabang   sampai  Merauke,  bahasa-bahasa  ini merupakan  pilar  utama identitas lokal dan  nasional. Namun,  di tengah  arus  deras globalisasi dan  dominasi bahasa internasional  serta  Bahasa …

PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT

admin

30 Nov 2025

By: Rizki Rahmat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Salah satu fenomena sosial terluas di abad ke-21 adalah media sosial,seperti Instagram, TikTok, X, dan Facebook. Seringkali dikenal dengan nama X (dibaca Twitter),media sosial berfungsi sebagai alat komunikasi. Namun, itu juga membentuk perilaku dan cara berpikir yang membentuk masyarakat. Saya …

PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH

admin

30 Nov 2025

By: Khairun Nisa Dalam media pembelajaran merupakan komunikasi antara seorang guru dan siswa melalui sebuah alat dan Teknik (Ramadhan,2020). Proses pembelaajaran di sekolah dapat menjadi efektif Ketika komunikasi dan berinteraksi anatra guru dan siswa menggunakan sebuah media pembelajaran berupa alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan informasi dalam pembelajaran. Media juga berfungsi sebagai alat untuk …

Pengembangan Dan Revisi Bahan Ajar Non Cetak

admin

12 Nov 2025

By: Lola Musfira. Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam dunia Pendidikan, terutama dalam cara guru menyajikan materi pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia, sebagai salah satu mata pelajaran inti, kini tidak lagi hanya berfokus pada penguasaan teori kebahasaan, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Salah satu materi yang saya ambil …

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Kritis dan Bermakna Melalui Materi Debat

admin

04 Nov 2025

Pendahuluan Pembelajaran Bahasa Indonesia sering kali dilihat hanya sebagai upaya melatih kemampuan membaca, menulis, dan tata bahasa yang benar. Namun, di balik struktur kalimat dan diksi yang tepat, mata pelajaran ini memegang peran krusial dalam pembentukan nalar dan karakter. Di tengah derasnya arus informasi dan polarisasi opini saat ini, kemampuan berpikir kritis dan berkomunikasi secara …

Pengaruh Tiktok Terhadap Perubahan Tingkah Laku Remaja

admin

04 Nov 2025

By: Mawaddah Rahmah. Di tengah dunia yang bergerak secepat guliran jempol di layar ponsel, TikTok muncul sebagai ruang baru tempat para remaja belajar mengenal dunia, dan mungkin, mengenal dirinya sendiri. Setiap tarian, potongan musik, dan video  singkat menjadi semacam bahasa yang dipahami generasi sekarang, bahasa tanpa buku teks, tapi penuh makna sosial. Di ruang digital …