- Critical ReviewMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 9
- Esai dan OpiniPentingnya Melestarikan Bahasa Daerah di Tengah GempuranGlobalisasi
- Esai dan OpiniPENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT
- Critical ReviewPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
- Esai dan OpiniPERANAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH

Solidaritas Sosial Di Tengah Bencana Alam
By: Nur Azizah Br. Marbun. Seperti yang kita ketahui bahwa bencana alam merupakan fenomena yang tentunya memberikan luka pada banyak orang, karena bukan hanya berdampak pada infrastruktur fisik suatu wilayah, tetapi juga bagi struktur sosial dan psikologis masyarakatnya. Ketika gempa bumi meruntuhkan bangunan, banjir meluluhlantakan harta benda, atau letusan gunung berapi yang mampu mengungsikan ribuan jiwa, yang tersisa bukanlah kekosongan, melainkan sebuah respons mendasar yang mempersatukan: solidaritas sosial. Fenomena ini adalah cara masyarakat untuk membela diri secara bersama-sama. Artinya orang-orang yang hanya menjadi korban kini berubah menjadi pihak yang aktif membantu dan memiliki daya tahan.
Wujud dari solidaritas di masa krisis ini sangat beragam, bisa berupa bantuan kecil yang gampang dilakukan, sampai organisasi besar yang terstruktur. Beberapa contohnya adalah, para tetangga yang saling membantu mengamankan diri, relawan datang membawa kebutuhan logistik, serta beberapa warga yang bergerak menciptakan dapur umum. Semua tindakan ini berakar pada kesadaran kolektif bahwa penderitaan yang di alami adalah penderitaan bersama. Solidaritas ini membuat semua orang menyadari kalau mereka sama-sama lemah di hadapan bencana. Kesadaran inilah yang memunculkan semangat gotong royong, dimana semua orang saling membantu tanpa melihat perbedaan suku, agama, atau status sosial mereka.
Secara teori, solidaritas ini dapat dijelaskan melalui kerangka sosiolog klasik Emile Durkheim (1893) dengan buku “De la division du travail social”. Durkheim membedakan dua jenis solidaritas, yaitu organik dan mekanik. Solidaritas organik adalah ikatan yang ada di masyarakat modern dimana setiap orang punya pekerjaan atau peran berbeda-beda sehingga mereka sangat bergantung satu sama lain. Sedangkan, solidaritas mekanik adalah ikatan yang mencul dalam masyarakat sederhana, didasarkan pada kesamaan perasaan, nilai, dan keyakinan. Dalam konteks bencana alam, meskipun masyarakat modern didominasi oleh solidaritas organik, peristiwa krisis sering kali membuat masyarakat kembali ke solidaritas mekanik. Penderitaan yang dialami bersama menciptakan kedaran kolektif bahwa musibah tersebut adalah penderitaan bersama. Kesadaran dan kelemahan yang sama di hadapan bencana ini menumbuhkan semangat gotong royong, Dimana semua orang saling membantu tanpa memandang perbedaan.
Selain Durkheim, fenomena ketahanan dan pemulihan masyarakat pascabencana juga dapat di analisis menggunakan kerangka fungsionalisme structural dari Talcott Parsons (1951) dengan buku ”The Social System”. Parsons melihat masyarakat sebagai sebuah sistem yang terdiri dari berbagai subsistem yang saling terkait dan harus memenuhi empat fungsi dasar agar sistem sosial dapat bertahan dan berjalan stabil. Keempat fungsi ini dikenal sebagai skema AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency atau Pattern Maintenance). Dalam konteks bencana alam, keempat fungsi AGIL ini bekerja secara intensif untuk mengembalikan keseimbangan (equilibrium) sosial. Masyarakat merespons cepat untuk mengamankan sumber daya yang diperlukan, seperti pembentukan posko darurat dan distribusi logistik yang mencerminkan fungsi Adaptasi. Selanjutnya, melalui koordinasi antarlembaga, tujuan utama untuk survival dan pemulihan dapat dicapai yang mencerminkan fungsi Pencapaian Tujuan. Inti dari solidaritas sosial yang berada pada fungsi integrasi, dimana ikatan emosional dan moral muncul untuk menyatukan masyarakat dan meminimalisir konflik. Terakhir, fungsi pemeliharaan pola memastikan nilai-nilai dan norma-norma dasar seperti rasa kemanusiaan dan semangat persatuan tetap dipertahankan dan diperkuat di tengah kekacauan, menjadikannya jangkar moral yang mencegah disintegrasi total. Dalam skema AGIL ini, Parsons menjelaskan bahwa respons kolektif terhadap bencana bukanlah sekedar tindakan spontan, melainkan sebuah mekanisme sosial terorganisir yang bertujuan memelihara sistem sosial agar mampu berfungsi kembali setelah guncangan hebat.
Solidaritas sosial tidak hanya berperan dalam pemenuhan kebutuhan fisik (logistik, tempat tinggal), tetapi juga dalam penanganan dampak psikososial yang mendalam. Bencana meninggalkan trauma, kecemasan, dan rasa kehilangan yang tak terukur. Di sini, solidaritas berfungsi sebagai “terapi kolektf” yang tak terpisahkan. Ketika korban melihat orang lain, baik tetangga, kerabat, atau bahkan orang asing untuk berbagi pengalaman serupa dan menawarkan dukungan emosional, rasa keterasingan berkurang drastis. Ruang aman yang dibentuk melalui gotong royong, dapur umum, atau sekadar sekumpul di posko, memberikan kesempatan bagi individu untuk memproses trauma secara komunal. Kegiatan pemulihan yang melibatkan masyarakat, seperti membersihkan puing bersama atau menbantu mengembalikan rasa kendali dan normalitas, sekaligus memperkuat kembali struktur sosial yang sempat runtuh. Ini membuktikan bahwa solidaritas adalah pondasi bagi ketahanan psikologis masyakarat.
Salah satu contoh paling monumental dari respons sosial dan pengaktifan skema AGIL adalah bencana gempa dan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004. Bencana ini menyebabkan kehancuran fisik dan kerugian jiwa yang massif, namun sekaligus memunculkan gelombang solidaritas sosial yang luar biasa yang sejalan dengan kerangka Parsons. Respons global dan lokal terlihat dalam upaya adaptasi, di mana bantuan kemanusiaan internasional membanjiri Aceh, sementara masyarakat lokal membangun tempat penampungan darurat. Pemerintah menunjukkan fungsi pencapaian tujuan dengan membentuk Badan Rehabilitas dan Rekontruksi (BRR) yang memiliki mandat jelas untuk membangun kembali Aceh dalam waktu terukur. Fungsi integrasi terwujud melalui solidaritas yang tidak hanya terjadi antarwarga lokal, tetapi juga antaragama, antarsuku, antarbangsa, di mana perbedaan sebelumnya mungkin menjadi sumber konflik seketika lebur karena kesamaan penderitaan. Di sinilah teori Durkheim menemukan relevasinnya yang paling dalam: ancaman kolektif telah memicu solidaritas mekanik sementara, yakni ikatan kuat yang didasarkan pada kesamaan pengalaman penderitaan dan nilai moral dasar kemanusiaan. Dalam situasi kekacauan norma akibat bencana, krisis yang sama ini justru menciptakan kembali kesadaran kolektif yang kuat. Keberadaan ikatan sosial yang instan ini menjadi sangat penting untuk mengatasi dampak psikologis yang dialami para korban. Solidaritas sosial ini berfungsi sebagai dukungan sosial (social support), yang secara efektif mengurangi tingkat kecemasan, trauma. Aksi gotong royong dan kebersamaan, yang dihidupkan kembali oleh pemeliharaan pola didukung oleh nilai-nilai keagamaan (Islami) dan budaya lokal yang kuat, menjadi lingkungan penyembuhan, memastikan masyarakat pulih tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara spiritual dan mental.
Kesimpulannya adalah, bencana alam berfungsi sebagai titik uji ekstrem bagi ketahanan masyarakat untuk membuktikan bahwa solidaritas sosial adalah fondasi bagi pemulihan. Melalui lensa Durkheim, krisis memicu lahirnya kembali solidaritas mekanik. Sementara itu, kerangka Parsons (AGIL) menawarkan penjelasan struktural, menunjukkan bahwa respons kolektif adalah mekanisme yang diperlukan agar sistem sosial dapat beradaptasi, mengintegrasikan anggotanya, dan mempertahankan norma dasarnya untuk mencapai ekuilibrium. Kasus gempa dan tsunami Aceh 2004 adalah bukti nyata bagaimana sinkronisasi kedua teori ini bekerja: solidaritas yang muncul secara spontan (mekanik) adalah sekaligus dukungan sosial yang esensial, yang membantu meredakan trauma psikologis dan memungkinkan lembaga formal (AGIL) bekerja untuk rekonstruksi. Oleh karena itu, Keterikatan sosial yang dipertahankan dan diperkuat melalui gotong royong dan nilai-nilai bersama bukanlah sekedar respons emosional, melainkan hukum fundamental yang memastikan keberlanjutan dan pemulihan kehidupan kolektif pascakrisis.
admin
30 Nov 2025
By: Fitriani Saragih. Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya raya, tidak hanya akan sumber daya alam, tetapi juga kekayaan budaya dan bahasa. Dengan lebih dari 700 bahasa daerah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, bahasa-bahasa ini merupakan pilar utama identitas lokal dan nasional. Namun, di tengah arus deras globalisasi dan dominasi bahasa internasional serta Bahasa …
admin
30 Nov 2025
By: Rizki Rahmat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Salah satu fenomena sosial terluas di abad ke-21 adalah media sosial,seperti Instagram, TikTok, X, dan Facebook. Seringkali dikenal dengan nama X (dibaca Twitter),media sosial berfungsi sebagai alat komunikasi. Namun, itu juga membentuk perilaku dan cara berpikir yang membentuk masyarakat. Saya …
admin
30 Nov 2025
By: Khairun Nisa Dalam media pembelajaran merupakan komunikasi antara seorang guru dan siswa melalui sebuah alat dan Teknik (Ramadhan,2020). Proses pembelaajaran di sekolah dapat menjadi efektif Ketika komunikasi dan berinteraksi anatra guru dan siswa menggunakan sebuah media pembelajaran berupa alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan informasi dalam pembelajaran. Media juga berfungsi sebagai alat untuk …
admin
12 Nov 2025
By: Lola Musfira. Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam dunia Pendidikan, terutama dalam cara guru menyajikan materi pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia, sebagai salah satu mata pelajaran inti, kini tidak lagi hanya berfokus pada penguasaan teori kebahasaan, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Salah satu materi yang saya ambil …
admin
04 Nov 2025
Pendahuluan Pembelajaran Bahasa Indonesia sering kali dilihat hanya sebagai upaya melatih kemampuan membaca, menulis, dan tata bahasa yang benar. Namun, di balik struktur kalimat dan diksi yang tepat, mata pelajaran ini memegang peran krusial dalam pembentukan nalar dan karakter. Di tengah derasnya arus informasi dan polarisasi opini saat ini, kemampuan berpikir kritis dan berkomunikasi secara …
admin
04 Nov 2025
By: Mawaddah Rahmah. Di tengah dunia yang bergerak secepat guliran jempol di layar ponsel, TikTok muncul sebagai ruang baru tempat para remaja belajar mengenal dunia, dan mungkin, mengenal dirinya sendiri. Setiap tarian, potongan musik, dan video singkat menjadi semacam bahasa yang dipahami generasi sekarang, bahasa tanpa buku teks, tapi penuh makna sosial. Di ruang digital …
18 Dec 2024 2.217 views
By: Siti Nurhalija, Rizky Fadhilah Filsafat pendidikan merupakan cabang filsafat yang berfokus pada kajian tentang hakikat pendidikan, termasuk tujuan, nilai, dan praktiknya. Sebagai disiplin ilmu, filsafat pendidikan berusaha memahami dan menjawab pertanyaan mendasar tentang apa itu pendidikan, mengapa pendidikan penting, dan bagaimana proses pendidikan seharusnya dilakukan. Filsafat pendidikan tidak hanya bertumpu pada teori, tetapi …
03 Jan 2025 1.041 views
Inoe Kamis, 19 Desember 2024, tim dosen dari berbagai program studi di Fakultas Pendidikan Universitas Muslim Nusantara Al-Wasliyah Medan, yang terdiri dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Program Studi Ekonomi Manajemen, Program Studi Pendidikan Fisika, dan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di SMP Plus Kasih Ibu …
03 Jan 2025 989 views
Inoe Kamis, 19 Desember 2024, bersama tim dosen dari Fakultas Pendidikan Universitas Muslim Nusantara Al-Wasliyah Medan melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di SMP Plus Kasih Ibu Patumbak. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah melalui pemanfaatan teknologi digital. Bertajuk “Sosialisasi Memanfaatkan Teknologi Digital untuk Mendukung Pembelajaran Berbasis Proyek dan …
Comments are not available at the moment.